Selasa, 13 Oktober 2015

makalah_SLOW LEARNER

Oleh : KHALIFAH RETNO DEWI R. 
NIM: 1504191 

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK 
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 
2015 



BAB I PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
       Setiap individu yang terlahir ke dunia memiliki kemampuan yang berbeda terutama dalam bidang akademik yang diakibatkan adanya perbedaan tingkat intelegensi yang dimiliki oleh setiap individu tersebut. Sering kita temui adanya individu atau anak yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi sehungga sering mendominasi dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses pembelajaran yang biasa disebut anak yang berbakat atau anak yang pintar dan terdapat pula yang biasa-biasa saja atau sering disebut dengan anak normal yang memiliki tingkat intelegensi normal dan sering pula ditemukan anak yang memiliki tingkat intelektual sedikit dibawah normal yang mengakibatkan mereka mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non-akademik. 


BAB II PEMBAHASAN 
2.1. Definisi Slow Learner (Lambat Belajar) 
      Slow learner atau anak lambat belajar adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Yusuf (2005:58) mengemukakan bahwa “Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQ nya sedikit di bawah rata-rata disebut anak yang lamban belajar atau slow learner”. Endang (2005:30) menyatakan “Pembahasan tentang Border line atau garis batas taraf kecerdasan yang menjadi kelompok tersendiri dan sering disebut sebagai kelompok (lambat belajar)”. Murid di Sekolah yang lambat belajar (slow learner) adalah sekelompok murid disekolah yang perkembangan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan rata-rata teman seusianya. Pada umumnya mereka ini mempunyai kemampuan kecerdasan dibawah rata-rata . Murid lambat belajar berbeda dengan murid yang berprestasi belajarnya rendah (under acheiver). Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya.Siswa yang lambat dalam proses belajar ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 
       Jadi dapat disimpulkan bahwa slow learner/lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 
2.2. Faktor Penyebab Slow Learner Beberapa faktor penyebab slow learner yaitu sebagai berikut: 
1. Faktor internal/faktor genetik/hereditas berupa intelegensi. 
2. Faktor eksternal yaitu penyebab utama problem anak lamban belajar(slow learner) yang berupa strategi pembelajaran yang salah atau tidak tepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat. Meskipun faktor genetik memiliki pengaruh yang kuat, namun lingkungan juga merupakan faktor penting. Lingkungan benar-benar menimbulkan perbedaan inteligensi. Gen dapat dianggap sebagai penentu batas atas dan bawah inteligensi atau penentu rentang kemampuan intelektual, tetapi pengaruh lingkungan akan menentukan di mana letak IQ anak dalam rentang tersebut (Atkinson, dkk, 1983, h. 135). Kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga, dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Nutrisi meliputi nutrisi selama anak dalam kandungan, pemberian ASI setelah kelahiran, dan pemenuhan gizi lewat makanan pada usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Nutrisi penting sekali bagi perkembangan otak anak. Nutrisi erat kaitannya dengan kesehatan anak. Anak yang sehat perkembangannya akan lebih optimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Beyley bahwa status sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi IQ anak (Atkinson, dkk, 1983, h. 137): Efek Lingkungan yang Berbeda terhadap IQ dapat disimpulkan bahwa, individu dapat memiliki IQ sekitar 65 jika dibesarkan di lingkungan miskin, tetapi dapat memiliki IQ lebih dari 100 jika dibesarkan di lingkungan sedang atau kaya. Penelitian tersebut menjelaskan hubungan yang erat antara kondisi sosial-ekonomi keluarga dengan variabel lingkungan, seperti nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umpan balik yang diperoleh melalui perilaku. Kondisi keluarga mempengaruhi bagaimana keluarga mengasuh anak mereka. 

2.3. Karakteristik Individu dengan Slow Learning Karakteristik dari individu yang mengalami slow learning: 
  • Fungsi kemampuan di bawah rata-rata pada umumnya. 
  • Memiliki kecanggungan dalam kemampuan menjalin hubungan intrapersonal. 
  • Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah yang bertahap. 
  • Tidak memiliki tujuan dalam menjalani kehidupannya 
  • Memiliki berbagai kesulitan internal seperti; keterampilan mengorganisasikan, kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan infromasi. 
  • Memiliki skor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes. 
  • Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk. 
  • Mengerjakan segalanya secara lambat. 
  • Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu. 

2.4. Gejala Slow Learner 
        Membaca 
Individu yang mengidap keterlambatan dalam kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata atau memahami struktur kata tersebut. Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang telah dibacanya. Sebagian para ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa (fonem) merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa serta tulisan yang mewakilinya. 
        Bahasa Tertulis 
Masalah yang dihadapi oleh SL (slow learner) dengan bahasa tertulis tampak dari tulisan tangan, kemampuan mengeja, susunan kata, penggunaan kosakata, serta kualitas dari tulisan yang dihasilkan. Banyak penderita SL dalam hal membaca juga memiliki kesulitan dalam menulis karena keduanya berkaitan dengan bahasa (penerimaan serta pengekspresian). 
        Memori 
Penderita slow learner juga mengalami kelemahan dalam mengingat. Mereka memiliki kesulitan dalam mengolah informasi sehingga dapat disimpan dalam memori jangka panjang. 
        Sosial dan Perilaku 
Murid yang menderita slow learning kemungkinan juga akan memperlihatkan suatu tantangan sosial atau perilaku. Beberapa diantara mereka memperlihatkan kebiasaan yang kurang dapat diterima oleh masyarakat dibandingkan dengan kawan sebayanya. Mereka tidak dapat memperkirakan akibat dari tindakannya itu, menyalah tafsirkan tanggapan dari lingkungannya, dan kurang dapat menyesuaikan perilakunya dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Oleh karena itu, mereka terkadang diasingkan dan ditolak oleh rekan-rekan sebayanya. 

2.5. Dampak dari Slow Learner 
  1. Anak akan mengalami perasaan minder tehadap teman-temannya karena kemampuan belajarnya lamban jika dibandingkan teman-teman sebayanya. 
  2. Anak cenderung bersikap pemalu, menarik diri dari lingkungan sosialnya dan lamban menerima informasi. 
  3. Hasil prestasi belajar yang kurang optimal sehingga dapat membuat anak menjadi stress karena ketidak mampuannya mencapai apa yang diharapkannya. 
  4. Karena ketidak mampuannya mengikuti pelajaran dikelas, hal tersebut dapat membuat anak tidak naik kelas. 
  5. Mendapatkan lebel yang kurang baik dari teman-temannya. 

 2.6. Perlakuan dan Bimbingan Terhadap Anak dengan Masalah Slow Learner 
A. Penanganan yang dilakukan guru terhadap anak Slow Learner 
1. Isi materi diulang-ulang lebih banyak (3-5 kali) dibandingkan dengan teman sebayanya dalam memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi. 
2. Sediakan waktu khusus untuk membimbingnya secara individual atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya. 
3. Waktu materi pelajaran jangan terlalu panjang dan tugas-tugas atau pekerjaan rumah lebih sedikit dibandingkan dengan teman-temannya. 
4. Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal dan mengingat materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka. 
5. Gunakan demonstrasi/peragaan dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.
6. Konsep-konsep atau pengertian-pengertian disajikan secara sederhana. 
7. Jangan mendorong atau memaksa mereka untuk berkompetisi dengan anak-anak yang memiliki kemampuan yag lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen. 
8. Pemberian tugas-tugas harus terstruktur dan kongkrit, seperti pelajaran social dan ilmu alam . Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.
9. Berikan kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan praktek langsung tentang berbagai konsep dengan menggunakan bahan-bahan kongkrit atau dalam situasi simulasi. 
10. Untuk mengantarkan pengajaran materi baru maka kaitkan materi tersebut dengan materi yang telah dipahaminya sehingga familiar untuknya. 
11. Instruksi yang sederhana memudahkan anak untuk memahami dan mengikuti instruksi tersebut. Diusahakan saat memberikan arahan berhadapan langsung dengan anak. 
12. Berikan dorongan kepada orangtua untuk terlibat dalam pendidikan anaknya di sekolah. Membimbing mengerjakan PR, menghadiri pertemuan-pertemuan di sekolah, berkomunkasi dengan guru, dll. 
13. Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat bagi mereka. 
B. Bimbingan Terhadap Siswa Yang Lambat Belajar Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang konselor atau guru dalam melakukan bimbingan terhadap siswa yang lambat belajar. Strategi-strategi yang biasa dilakukan oleh seorang konselor atau guru antara lain: 
 Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi 
a. Ubahlah cara mengajar dan jumlah materi yang akan diajarkan. Siswa yang mengalami masalah perhatian dapat ketinggalan jika materi yang diberikan terlalu cepat atau jika beban menumpuk dengan materi yang kompleks. Oleh karena itu, akan berguna bagi mereka untuk : 
  • Memperlambat laju presentasi materi. 
  • Menjaga agar siswa tetap terlibat dengan memberi pertanyaan pada saat materi diberikan. 
  • Gunakan perangkat visul seperti membuat bagan/skema garis besar materi untuk memberikan gambaran pada siswa mengenai langkah-langkah atau bagian-bagian yang diajarkan. 
b. Adakan pertemuan dengan siswa. Siswa mungkin tidak menyadari peranan perhatian dalam proses pengajaran. Mereka juga tidak menyadari kalau perhatian merupakan bidang kesulitan tertentu bagi mereka. Dalam pertemuan ini kita memberikan penjelasan dengan cara yang tanpa memberikan hukuman dan tanpa ancaman akan sangat berguna bagi siswa. 
c. Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran. Karena tanpa disadari kita telah mengalihkan perhatian kita dari siswa. Dengan membawa mereka dekat dengan kita secara fisik secara harfiah akan membawa si anak lebih dekat kepada proses pengajaran. 
d. Berikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang. 
  • Biarkan siswa tahu kalau Anda melihatnya ketika sedang memperhatikan kata anak. 
  • Kontak mata ketika pembelajaran berlangsung itu sangat penting. • Cobalah berikan penghargaan atas kehadirannya.
  • Bisa juga dengan penghargaan verbal yang dilakukan dengan tenang, dan lembut. 
e. Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan tugas. 
  • Siswa mungkin merasa kecil hati dan tidak diperhatikan bila mereka dihukum karena tidak menyelesaikan tugas secepat orang lain. 
  • Membuat penyesuaian dan jumlah tugas yang harus diselesaikan maupun waktu yang disediakan untuk menyelesaikan tugas berdasar kemampuan individu mungkin akan sangat membantu dan mendorong bagi sebagaian siswa. 
f. Ajarkan self-monitoring of attention. 
  • Melatih siswa untuk memonitor perhatian mereka sendiri sewaktu-waktu dengan menggunakan timer atau jam alarm. 
  • Mengajarkan mereka untuk mencatat berbagai interval apakah mereka memberikan perhatian atau tidak pada saat pengajaran. Catatan ini akan membantu menciptakan perhatian yang lebih besar bagi kebutuhan dalam memfokuskan perhatian juga bisa berguna dalam strategi untuk memperkokoh keterampilan memperhatikan “attention skill”. 
 Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat. 
a) Ajarkan menggunakan highlighting atau menggaris bawahi dengan penanda, untuk membantu memancing ingatan. Mereka harus diberi tahu cara memilih tajuk bacaan, kalimat dan istilah kunci untuk diberi garis bawah atau tanda dengan highlighter. Kemudian mereview dari bacaan yang di sudah digaris bahawahi tadi. 
b) Perbolehkan menggunakan alat bantu memori (memory aid). Yang mana alat-alat itu bisa berfungsi bagi mereka sebagai alat pengingat dan bisa jadi juga sebagai alat pengajaran. 
c) Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit mengingat untuk mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran. Misalnya dengan membagi tugas-tugas kelas dan rumah atau dengan memberikan tes kemampuan penguasaan lebih sering. 
d) Ajarkan siswa untuk berlatih mengulang dan mengingat. Misalnya dengan memberikan tes langsung setelah pelajaran disampaikan.

 Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi 
a) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning” Ini berguna untuk mengetahui apakah siswa memahami arti bacaan mereka atau arti suatu pertanyaan mengenai materi baru. Pengertian dapat diperkokoh dengan menggunakan contoh, analogi atau kontras. 
b) Menunda ujian akhir dan penilaian. Perlu memberikan umpan balik dan dorongan yang lebih sering bagi siswa berkesulitan belajar. Evaluai terhadap tugas mereka sebagai tambahan pengajaran akan sangat membantu. Dengan kata lain, suatu kesadaran yang konstan mengenai siswa ini akan membentuk kepercayaan diri dan kemampuan mereka. Bagi sebagian siswa, menunda ujian akhir mereka sampai siswa menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari, mungkin merupakan cara terbaik. 
c) Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang “tidak pernah gagal”. 
d) Siswa berkesulitan belajar seringkali mempunyai sejarah kegagalan disekolah. Biasanya mereka memiliki perasaan akan gagal (sense of failing) dalam berbagai hal yang mereka lakukan. Memutuskan rantai kegagalan dan menciptakan cipta diri (sense of self) baru bagi siswa ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi guru untuk melakukannya. Pada setiap tugas atau kemampuan siswa harus ditarik kembali kepada masalah dimana tugas dapat dilakukan tanpa kegagalan. 

 Bimbingan bagi anak dengan masalah sosial dan emosional 
a) Buatlah sistem perhargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses. Siswa berkesulitan belajar perlu memahami sistem penghargaan ini dikelas dan merasa ikut serta di dalamnya. Jangan sampai siswa yang berkesulitan melajar merasa “out laws”, mereka yang tidak memilki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan yang diterima siswa lain. Untuk memahami bagaimana mereka bisa mendapatkan penghargaan yang baik, para siswa disini perlu diberi pemahaman tentang bagaimana cara mendapatkan keuntungan sosial dari sikap positif dan hubungan sosial yang baik dikelas. Beberapa siswa mungkin ingin pembuktian langsung dikelas. 
b) Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain. Sebagian siswa yang berkesulitan belajar tidak memilki kesadaran yang jelas pada sikapnya sendiri serta dampaknya pada orang lain. Membantu siswa ini menjadi lebih mengenal sikap mereka dan dampaknya pada orang lain merupakan kesempatan yang berarti bagi perkembangan sosial dan emosional. Berbicara terbuka dan penuh perhatian kepada siswa ini mengenai sikapnya juga dapat menjadi langkah penting dalam membentuk hubungan yang saling percaya di antara mereka. 
c) Mengajarkan sikap positif Ketika siswa berkesulitan belajar menjadi lebih sadar terhadap sikapnya dan mendapat pemahaman yang lebih baik atas interaksi dengan orang lain, mereka akan merespon dengan baik intruksi-intruksi tentang cara membentuk hubungan yang baik dan sense of self (citra diri) yang lebih positif. 
d) Minta bantuan. Jika sikap seorang siswa berkesulitan belajar sangat tidak layak atau sikap negatifnya tetap ada ketika semua cara telah dicoba, jangan ragu minta bantuan. Cari bantuan pada teman sejawat disekolah yang mungkin dapat memberikan bantuan dalam menjelaskan masalah-masalah sosial dan emosional, serta mencari solusi mengenai kesulitan tersebut. Pertolongan ini bisa datang dari psikolog, konselor, orang tua, guru, dan kepala sekolah. Yang terpenting seorang pendidik memahami bahwa minta bantuan bukan tanda kelemahan atau ketidakmampuan. 

2.7. Penyelesaian Masalah bagi Slow-learner 
1. Pemeliharaan sejak dini Bila faktor lingkungan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi inteligensi, pencegahan awalnya mungkin dengan mengubah lingkungan masyarakat dan lingkungan belajarnya. Perawatan sejak dini juga akan bermanfaat untuk pencegahan. Dalam suatu penelitian, setiap anak tinggal di dalam kamar yang berbeda dan hidup bersama dengan orang dewasa. Mereka mendapat perawatan yang khusus serta cermat dari para perawat wanita yang berpendidikan rendah. Dari hasil tes IQ terlihat adanya kemajuan. Dari sini dapat disimpulkan perawatan dini dan pemeliharaan secara khusus dapat menolong mengurangi tingkat kelambanan belajar. 
2. Pengembangan secara keseluruhan Usahakan agar anak mau mengembangkan bakatnya sebagai upaya mengalihkan perhatiannya dari kelemahan pribadi yang telah membuat mereka kecewa dan apatis. Pengalaman dalam berbagai hal akan membuat anak mengembangkan kemampuannya, dan pengalaman yang sukses akan membangun konsep harga diri yang sehat. 
3. Lembaga pendidikan, kelas atau kelompok belajar khusus Dalam hal pergaulan, mereka yang ada di lembaga pendidikan umum mungkin mengalami perasaan seperti diasingkan oleh teman-temannya, tetapi di sana mereka dapat memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada yang mengikuti pendidikan di lembaga khusus. Bagi anak yang lambat belajar, yang terpenting bukanlah di mana mereka disekolahkan, tetapi bagaimana mereka mendapatkan pengaturan lingkungan belajar yang ideal. Dalam sekolah umum dapat dibentuk kelas khusus bagi anak slow-learner. Anak slow-learner membutuhkan perhatian yang lebih intensive dalam proses belajar mereka. Dengan dibentuk kelas atau kelompok yang relatif kecil, pembelajaran akan fokus pada mereka dan penggunaan metode yang berbeda dengan siswa reguler dapat lebih leluasa. 
4. Memberikan pelajaran tambahan Sekolah dapat mengatur atau menambah guru khusus untuk menolong kebutuhan belajar anak. Dapat juga dengan menyediakan program belajar melalui komputer. Dengan demikian, mereka dapat belajar tanpa tekanan dan memperoleh kemajuan yang sesuai dengan kemampuan diri sendiri. 
5. Latihan indra Kesulitan belajar bagi anak yang lamban berhubungan erat dengan intelektualitasnya. Jadi, penting juga untuk memberikan beberapa teknik latihan indra kepada mereka. Anak memiliki gaya belajarnya masing-masing, seperti visual, auditori atau kinestetik. Dengan mengasah kemampuan indera yang dominan pada mereka akan mempermudah proses pemahaman dalam belajar mereka. 
6. Prinsip belajar Semua usaha yang melatih anak untuk meningkatkan daya belajarnya, sebaiknya memerhatikan prinsip dan keterampilan belajar: 
  • Usahakan agar anak lebih banyak mengalami sukacita karena keberhasilannya. Hindarkan kegagalan yang berulang-ulang. 
  • Dorong anak untuk mencari tahu jawaban yang benar atau salah dengan usahanya sendiri. Dengan demikian, anak dapat dipacu semangatnya untuk belajar.  Beri dukungan moral atas setiap perubahan sikap anak agar mereka puas. Suatu waktu, berilah hadiah kepada anak. 
  • Perhatikan taraf kemajuan belajar anak, jangan sampai kurang tantangan dan terlalu banyak mengalami kegagalan. 
  • Lakukan latihan secara sistematis dan bertahap sehingga mencapai kemajuan belajar. 
  • Boleh memberikan pengalaman berulang yang cukup, tetapi jangan diberikan dalam jangka pendek. 
  • Jangan merencanakan pelajaran yang terlampau banyak bagi murid.  Gunakan teknik bahasa yang melibatkan lebih banyak penggunaan indra. 
  • Lingkungan belajar yang sederhana akan mengurangi rangsangan yang tidak diinginkan. Aturlah tempat duduk sedemikian rupa agar mereka tidak merasa terganggu. 
7. Dukungan orangtua Dorongan dan bantuan orangtua erat hubungannya dengan hasil belajar anak yang lamban. Bila dalam mengulangi apa yang dipelajari di sekolah, orangtua bekerja sama dengan guru dalam memberikan metode dan pengarahan yang sama, tentu akan diperoleh hasil yang lebih baik. Bila memungkinkan, orangtua dapat meminta izin untuk mengamati proses belajar mengajar di sekolah.

TYPHUS ABDOMINALIS

BAB I PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
     Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh kuman salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, dan C, yang juga dapat menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septicemia (tidak menyerang usus).
       Kuman tersebut masuk masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus halus menuju saluran limfa, masuk kedalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian akan masuk kedalam system retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama tipes/typhus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut typhoid fever atau typhus abdominalis, karena berhubungan dengan usus perut. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak, orang dewasa dan orang tua, laki-laki maupun perempuan.
       Penyakit typhoid ini mendunia, tetapi lebih banyak di Negara sedang berkembang di daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit typhus merupakan endemic di Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular, yag mudah menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah. Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian penyakit ini adalah 300-810 kasus per 100.000 penduduk/tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita anak berumur 12-13 tahun (70-80%), pada anak remaja diatas usia 12-13 tahun (5-10%) dan pada usia 30-40 tahun (10-20%). Timbulnya penyakit ini tidak memandang musim, baik musim kemarau maupun musim penghujan. Penularan penyakit ini melalui makanan yang tercemar.

BAB II PEMBAHASAN 
2.1. DEFINISI 
     Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

2.2. EPIDEMOLOGI 
    Infeksi berasal dari penderita atau seorang yang secara klinik tampak sehat tetapi yang mengandung kuman yang keluar bersama faccesnya atau bersama kemih (carrier). Kuman-kuman ini mengkontaminasi makanan, minuman dan tangan. Lalat merupakan penyebar kuman typhus terpenting, karena dari tempat kotor ia dapat mengotori makanan. Masa inkubasi (masa sejak terpapar oleh virus sampai timbulnya gejala pertama) berkisar antara 1-3 minggu (rata-rata 10-14 hari).

 2.3. ETIOLOGI 
      1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: a. Antigen O (somatic, terdiri dar izat komplek liopolisakarida) b. Antigen H (flagella) c. Antigen V1 dan protein membrane hialin.
       2. Salmonella parathypi A
       3. Salmonella parathypi B
       4. Salmonella parathypi C
       5. Feces dan Urin dari penderita thypus

2.4. FAKTOR RESIKO 
      • Kebiasaan jajan di tempat-tempat yang tidak memenuhi syarat kesehatan
      • Lingkungan yang kotor
      • Daya tahan tubuh yang rendah

2.5. TANDA dan GEJALA KLINIS
      Gejala klinik thyphus abdominalis pada pasien dewasa biasanya lebih berat dibandingkan anak. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, nafsu makan berkurang,dan tidak bersemangat.
      Gejala klinis yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitens dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur naik setia hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu badan berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu keempat.
2. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat bau nafas tidak sedap (halitosis), bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepi lidah kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar diserta nyeri pada perabaan. Defekasi biasanya konstipasi, mungkin normal dan kadang-kadang diare.
3. Gangguan kesadaran. Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak dalam, yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
4. Disamping gejala diatas, pada punggung atau anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit terutama ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis.

2.6. PATOFISIOLOGI 
     Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi oleh kuman Salmonella Typhosa masuk kedalam lambung, selanjutnya lolos dari sistem pertahanan lambung, kemudian masuk ke usus halus, melalui folikel limpa masuk kesaluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik, sehingga terjadi bakterimia. Bakterimia pertama-tama menyerang Sistem Retikulo Endoteleal (RES) yaitu : hati, lien dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain sistem syaraf pusat, ginjal dan jaringan limpa.Cairan empedu yang dihasilkan oleh hati masuk ke kandung empedu sehingga terjadi Kolesistitis. Cairan empedu akan masuk ke Duodenum dan dengan virulensi kuman yang tinggi akan menginfeksi intestin kembali khususnya bagian illeum dimana akan terbentuk ulkus yang lonjong dan dalam. Masuknya kuman ke dalam intestin terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik turun dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping peningkatan suhu tubuh juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun ini tidak selalu terjadi dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan hepatomegali. Pada minggu selanjutnya dimana infeksi Focal Intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan berlangsung terus menerus ( demam kontinue ), lidah kotor, tepi lidah hiperemis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorbsi sehingga akan terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman, pada masa ini dapat terjadi perdarahan usus, perforasi dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltik menurun bahkan hilang, melena, syock dan penurunan kesadaran.



2.7. PENULARAN
1.      Kuman tipes masuk/ menular melalui mulut dengan makanan atau minuman yang tercemar.
2.      Pencemaran kuman tipes dapat terjadi :
a.       Dengan perantaraan lalat.
b.      Melalui aliran sungai.

2.8. PENCEGAHAN
1.      Usaha terhadap lingkungan hidup :
a.       Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
b.      Pembuangan kotoran manusia yang higienis
c.       Pemberantasan lalat
d.      Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makanan
e.       Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
f.       Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik (memenuhi syarat kesehatan)
g.      Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai standar pembuatan jamban yang baik)
2.      Usaha terhadap individu:
a.       Imunisasi
b.      Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
c.       Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

2.9. KOMPLIKASI
1.      Kompilikasi intestinal :
a.       Perdarahan usus
b.      Perforasi usus
c.       Ileus paralitik
2.      Komplikasi ekstra intestinal :
a.       Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
b.      Komplikasi darah : Anemia hemolitik, trombositopenia, disseminated intravascular coaguilation (DIC) dan sindrom uremia hemolitik.
c.       Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d.      Komplikasi hepar dan kandung empedu : Hepatitis dan kolesistitis.
e.       Komplikasi ginjal : Glomerulonefritis, pielonefretis dan perinefretis.
f.       Komplikasi tulang : Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis
g.      Komplikasi neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, menengitis, polineuritis perifer, sindrom Guillain Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

2.10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk membuat diagnosa pasti perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium :
1.      Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
2.      Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
3.      Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
4.      Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
5.      Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.
6.      Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.

2.11. PENATALAKSANAAN
1.      Pengobatan
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan adalah :
a.       Kloramfenikol : Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien demam tifoid.Dosis untuk orang dewasa adalah 4 kali 500 mg perhari oral atau intravena,sampai 7 hari bebas demam.Penyuntikan kloramfenikol siuksinat intramuskuler tidak dianurkan karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri.Dengan kloramfenikol,demam pada demam tifoid dapat turun rata 5 hari.
b.      Tiamfenikol : Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan kloramfenikol.Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang daripada klloramfenikol. Dengan penggunaan tiamfenikol demam pada demam tiofoid dapat turun rata-rata 5-6 hari.
c.      Ko-trimoksazol (Kombinasi Trimetoprim dan Sulfametoksazol) : Efektivitas ko-trimoksazol kurang lebih sama dengan kloramfenikol,Dosis untuk orang dewasa,2 kali 2 tablet sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol).dengan ko-trimoksazol demam rata-rata turun d setelah 5-6 hari.
d.      Ampicillin dan Amoxicillin : Dalam hal kemampuan menurunkan demam, efektivitas ampicillin dan amoxicillin lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi mutlak penggunannnya adalah pasien demam tifoid dengan leukopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kgBB sehari,digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan Amoxicillin dan Ampicillin, demam rata-rata turun 7-9 hari.
e.       Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosporin generasi ketiga antara lain cefoperazon, ceftriaxon, dan cefotaxime efektif untuk demam tifoid tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
f.       Fluorokinolon : Fluorokinolon efektif untuk demam tifoid tetapi dosis dan lama pemberian belum diketahui dengan pasti.
2.      Perawatan
Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan-perubahan posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
3.      Diet
a.       Pada mulanya klien diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
b.      Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien.